Diberdayakan oleh Blogger.
Laporan Keuangan Bulan Maret 2012 Penerimaan Zakat Rp.41.408.286,- Penerimaan Infaq Rp.15.360.514,- Penerimaan Dana Bergulir Rp.600.000,- Pengeluaran Zakat Rp.49.625.000,- Pengeluaran Infaq Rp.0,- SALDO BULAN MARET TAHUN 2012 Zakat Rp.932.464.642,- >>>>Infaq Rp.530.323.582,->>>>Dana Bergulir Rp.4.350.000,-


Selasa, 26 Juni 2012

Amilpun Harus Banyak Bersedekah

“Siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menyediakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sungguh, Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu’’ (QS At Thalaaq: 2-3).

Amilin (pengelola zakat), adalah profesi terhormat yang disebut dalam Al Qur’an. Allah SWT berfirman: “Sungguh, zakat hanyalah untuk orang fakir, miskin, pengelola zakat (amilin), muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang yang terlilit utang (gharimin), untuk jalan Allah (sabilillah), dan orang yang sedang dalam perjalanan (musafir), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS at Taubah: 60).
Banggalah wahai para amilin, karena Anda seprofesi dengan Umar bin Khattab ra yang menjadi amilin di zaman Rasulullah SAW. Dan ketika Umar menjadi Khalifah, beliau memiliki amilin bernama Ibnus Sa’dy Al Maliki.

Tapi, bersamaan dengan itu, amilin merupakan salah satu dari 8 asnaf (golongan) yang berhak atas dana zakat. Walaupun amilin enggan menerimanya, perasaan itu tak mengurangi statusnya sebagai salah satu sasaran distribusi zakat.

Ibnus Sa’dy Al Maliki, contohnya. Beliau ikhlas lillahi ta’ala mengelola sedekah tanpa mengharap apalagi meminta honor. Tapi, ia “dipaksa’’ Khalifah Umar untuk menerimanya.

Busr bin Sa’ied menuturkan bahwa Ibnus Sa’dy Al Maliki pernah berkata, “Umar pernah mengangkat aku untuk mengurus zakat (amilin). Setelah selesai aku urus dan kuserahkan padanya, dia mengirimi aku upah. Maka aku katakan, ‘Sungguh, aku melakukan tugas ini karena Allah’. Kata Umar, ‘Ambillah yang telah diberikan kepadamu. Sungguh, aku dulu pernah menjadi amil Rasulullah SAW, maka beliau memberi upah tugas itu...’’

Maka, jika amilin hanya piawai mengumpulkan zakat dan menerima upahnya, itu berarti dia berkubang diri dalam kemustahikan. Sebagai mustahik dia memang berhak menerima bagian zakat, tapi apakah dia rela selamanya menjadi mustahik. Tidakkah tangan di atas lebih baik ketimbang tangan di bawah?

Karena itu, para amilin pun harus berzakat serta banyak bersedekah. Seperti Ibnus Sa’dy Al Maliki tadi, setelah dengan berat hati menerima honor sebagai amilin, dia sedekahkan sebagiannya sebagaimana pesan Rasulullah SAW.

Mengutip penuturan Busr bin Sa’ied, setelah Ibnus Sa’dy Al Maliki menolak upahnya sebagai amilin maka Khalifah Umar berkata, “Sungguh, aku dulu pernah menjadi amilin Rasulullah SAW, dan ketika beliau memberiku upah untuk tugas itu, maka aku katakan kepada beliau seperti yang kau katakan tadi. Maka Rasulullah berkata kepadaku, ‘Bila engkau diberi sesuatu yang tidak kau pinta, maka makanlah dan sedekahkanlah’ (HR Bukhari dan Muslim).

Jika amilin hanya menerima gaji atau upah saja, maka keberkahan akan kurang dapat dirasakan. Sebagian besar amilin Indonesia gajinya kecil, sulit mencukupi kebutuhan keluarga, sulit membeli rumah, sulit menyekolahkan anaknya ke sekolah yang berkualitas, dan sederetan permasalahan yang menghimpit layaknya para pekerja lainnya yang gajinya tak seberapa.

Banyaknya Lembaga Amil Zakat di Tanah Air, hanya belasan yang statusnya sudah LAZ Nasional. Itu pun, tak semuanya mampu menggaji amilin secara memadai. Apalagi bagi lembaga pengelola zakat yang baru tumbuh, masih sulit memberikan imbalan yang layak bagi para amilin-nya.

Jika paradigma berpikir amilin masih mematok gaji sebagai satu-satunya pintu rezeki, niscaya dia belum bisa menikmati keberkahan profesinya. Ingatlah, rezeki bukanlah hanya gaji semata, namun juga berupa keberkahan, merasa kecukupan, ketenteraman hati, keyakinan dan kesempatan beribadah bahkan rizki lain dari arah yang tak terduga-duga. Nikmat ini semua akan terasa bila amilin berani mengorbankan hartanya untuk bersedekah. Insya Allah dia akan beroleh pengganti yang berlipat ganda.

”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui’’ (QS Al-Baqarah: 261).

Amilin jangan hanya pandai mengajak orang untuk bersedekah sementara dia sendiri tidak bersedekah atau hanya sedikit saja. Jika kita mau dicukupkan rezeki, maka berbagilah; Jika kita mau dimudahkan urusan, maka mudahkan urusan orang lain.

Mari kita menjadi pelaku sedekah, agar kita dapat merasakan’’keajaiban sedekah’’ itu.

Sumber : http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewartikel&id=59

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Website Badan Amil Zakat Kutai Kartanegara

BAZ Kukar Menerima & Menyalurkan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Anda...



  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP