Diberdayakan oleh Blogger.
Laporan Keuangan Bulan Maret 2012 Penerimaan Zakat Rp.41.408.286,- Penerimaan Infaq Rp.15.360.514,- Penerimaan Dana Bergulir Rp.600.000,- Pengeluaran Zakat Rp.49.625.000,- Pengeluaran Infaq Rp.0,- SALDO BULAN MARET TAHUN 2012 Zakat Rp.932.464.642,- >>>>Infaq Rp.530.323.582,->>>>Dana Bergulir Rp.4.350.000,-


Selasa, 26 Juni 2012

Rahasia Zakat

Oleh H. Supriyanto, S.Sos, M.Si
Ketua II BAZ Kukar

Diakui atau tidak, kita dalam hidup sehari-hari masih selalu tersinggung dengan perasaan berat untuk mengeluarkan zakat, infaq atau shadaqah dari sebagian harta yang kita miliki kepada yang berhak menerima. Kita sering tidak merasa tersentuh oleh anak-anak kecil saat memanggil-manggil dengan menjajakan koran didepan jendela mobil saat kita berhenti dipersimpangan jalan, masih sering dilakukan ada orang meminta sedekah diusir dari rumahnya. Kita sering perhitungan membantu tetangga yang sedang kelaparan, para pengemis yang terdesak lapar, para fakir miskin yang tidak sanggup lagi membiayai anaknya sekolah, dan lain-lain yang masih banyak dan kita tidak akan sanggup lagi membiayai anaknya sekolah, dan lain-lain yang masih banyak dan kita tidak akan mampu menyebutkan satu persatu.
Untuk berzakat saja yang merupakan kewajiban, kita masih sering menghindar dan mencari-cari alasan. Ada yang membuat kita jatuh miskin dan melarat ? Nah untuk bias menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ada beberapa hal yang harus disadari oleh kaum muslimin antara lain :

PERTAMA :
Kurangnya atau bahkan tidak ada kesadaran dan menyadari bahwa harta yang kita miliki itu sesungguhnya milik Allah. Kita bukan pemilik yang sebenarnya. Kita hanya pembawa amanah, sehebat apapun kita menjaga dan menyimpan harta itu suatu saat pasti akan meninggalkannya. Kita pasti akan berpisah dengan harta kekayaan kita, yang selama ini kita jaga, pelihara dan bahkan kita sayangi.
Allah berfirman Al-Anfal (28) Artinya “ Ketahuilah bahwa Harta dan Anak-anakmu adalah fitnah / ujian / amanah dari Allah. Disisi Allah ganjaran yang paling besar”
Tentang HArta ini justru kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT tentang 2 (dua) pertanyaan. Pertama dari mana Harta itu engkau peroleh dan Kedua kemana saja harta itu engaku gunakan / belanjakan, sudahkah kita gunakan dijalan Allah membantu fakir, miskin atau bahkan mungkin justru sebaiknya digunakan kepada jalan kemaksiatan dan menentang perintah Allah.
Tidak adanya kesadaran seperti ini akan melahirkan pemahaman yang salah : bahwa harta kita adalah milik kita sepenuhnya, karena ia peroleh dari hasil keringat dan jerih payah kita sendiri. Akibatnya kita akan menjadi pelit dan kikir, padahal kalau kita mau berfikir secara mendalam, maka kita akan menemukan jawabannya : bahwa yang menentukan kaya atau tidaknya seseorang bukan karena keringat dan jerih payahnya melainkan yang menemukan sesungguhnya adalah Allah SWT.
Coba anda lihat kenyataan yang sering ada dalam kehidupan ini dan bahkan terjadi didepan mata kita : banyak saudara-saudara kita yang bekerja keras siang malam dengan istilah tidak kenal waktu lagi, tetapi rezeki yang ia peroleh hanya cukup untuk dimakan saja. Namun disaat yang sama saudara-saudara kita bekerja dengan terlihat santai tetapi Allah melimpahkan rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah, terlepas dari soal halal dan haramnya itu Wallahu Alam.

KEDUA :
kurang mantapnya keimanan dan keyakinan kita akan janji Allah, bahwa sertiap apa yang kita infaqkan dijalan Allah, maka Allah akan melipatgandakan dan mendapatkan ganti sampai Tujuh Ratus Kali Lipat, dan kita yakin seyakin-yakinnya bahwa janji Allah itu pasti benar dan tidak akan pernah diingkari. Namun kenapa kita masih ragu, sangsi dan bahkan enggan untuk berzakat, berinfaq dan bershadaqah ?
Betapa banyak bukti-bukti yang menguatkan, betapa Allah melimpahkan harta dan kekayaan kepada orang-orang yang gemar membayar zakat, infaq dan shadaqah. Dalam cerita orang-orang soleh yang sangat yakin akan janji Allah seperti contoh : Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau menerima sejumlah hadiah dari Khalifah, beliau tidak pernah berfikir untuk menikmati hadiah tersebut, melainkan beliau segera menginfaqkan seluruh hadiah tersebut kepada yang berhak menerima. Apakah beliau jatuh miskin ? Apakah beliau menjadi fakir ? Apakah beliau lantas bangkrut ? Ternyata tidak.
Justru kita kemudian menyaksikan bahwa dikehidupan beliau begitu beberkah, begitu dinamis dan begitu produktif, dan beliau selalu dimudahkan setiap urusannya oleh Allah SWT bahkan beliau tidak terbebani permasalahan-permasalahan dunia, apalagi beliau memang memilih hidup sederhana.
Ingatlah janji Allah SWT dalam Q.S At-Thalaq (2-3) Artinya “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, maka akan ditunjukkan jalan keluar dari setiap kesulitan yang ia hadapi, dan Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka”.

KETIGA :
Sebagian umat Islam masih dikuasai perasaan ingin dipuji artinya seseorang mau mengeluarkan zakat, infaq, dan shadaqah apabila dilakukan didepan orang banyak, diumumkan kepada khalayak ramai. Jadilah kita seseorang yamg memiliki gengsi sosial. Akibatnya zakat, infaq, dan shadaqah yang kita lakukan bukan atas dasar iman dan taqwa kepada Allah SWT melainkan karena gengsi sosial. Dari sinilah hilangnya nilai keberkahan zakat, infaq, dan shadaqah itu sendiri. Sebab Allah sangat membenci orang yang berzakat, berinfaq dan bershadaqah dengan tujuan ingin dipuji orang lain. Dalam terminologi islam sikap semacam ini dikategorikan riyak yaitu suatu sikap yang akan mengundang dosa, karena riyak termasuk “Assyrikul Asghar” (Syirik Kecil) sebab ia lebih menyukai dipuji oleh orang lain dari pada dipuji dan disayangi oleh Allah SWT.

KEEMPAT :
lemahnya kesadaran bahwa harta kekayaan yang kita keluarkan melalui zakat, infaq, dan shadaqah dijalan Allah itulah harta kekayaan kita yang sesungguhnya. Zakat, infaq, dan shadaqah adalah tabungan akhirat. Satu hal yang perlu kita yakini bersama bahwa “barang siapa yang berinfaq dijalan Allah dengan tanpa perhitungan, maka Allah akan membalasnya dengan tanpa perhitungan pula.

Dari keempat hal tersebut diatas dan beberapa ayat tadi, hendaknya mampu menggugah dan membangkitkan kesadaran kita bahwa :
1. Harta yang kita miliki, kita simpan dan bahkan kita sayangi hanyalah amanah dari Allah dan pemilik yang sebenar-benarnya adalah Allah SWT
2. Didalam harta yang kita miliki , kita simpan dan bahkan kita sayangi tadi terdapat sebagian hak-hak orang lain : hak anak yatim, fakir miskin, orang jompo dll, yang hukumnya wajib kita keluarkan sebagai zakat, infaq dan shadaqah
3. Dengan gemar membayar zakat, infaq, dan shadaqah bukan membuat kita sengsara, melarat, fakir, miskin dan bangkrut tetapi justru Allah akan melipatgandakan harta-harta kita sampai tujuh ratus kali lipat
4. Dan seberapa besar harta yang kita zakatkan, infaqkan dan shadaqahkan dijalan Allah itulah harta kita yang sesungguhnya, yang insyaAllah pahalanya senantiasa mengiringi dan menyertai kita dalam menghadap kepada Allah SWT.

Saudaraku ingatlah pesan-pesan Allah SWT dalam QS.Munafikun ()9) Artinya “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu dilalaikan oleh urusan harta benda dan urusan keluargamu hingga tidak ingat lagi kepada Allah, siapa yang berbuat begitu dialah orang-orang yang rugi.

Dan ingatlah ancaman Allah SWT bagi orang-orang yang enggan bahkan tidak mau mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah.

At-Taubah (35) Artinya “ Pada hari dipanaskan harta-harta mereka (emas dan perak dan harta lainya) dengan api neraka jahanam, lalu dicapkan pada dahi-dahi mereka, rusuk dan lambung mereka dan punggung-punggung mereka seraya dikatakan oleh Allah inilah harta dulu kamu tumpuk-tumpuk itu, harta yang dulu engkau simpan itu, harta yang dulu engkau sayangi itu, maka rasakanlah dari apa yang sudah kamu lakukan”

Selanjutnya QS. Al Humazah (1-9) artinya “ (1) Celakalah orang yang suka mengumpat dan mencela, (2) yaitu orang-orang yang senag menumpuk-numpuk dan menghitung-hitung hartanya (3) dan mengira kekayaanya kekal menjadi miliknya (4)Tidak, bahkan dia akan dilemparkan kedalam ledakan yang dahsyat (5)Taukah kamu apakah ledakan itu (6) Itulah api yang dinyalakan oleh Allah (7) Yang menjilat-jilat jantung hati (8) Dan disitu mereka tertutup rapat dikelilingi api (9) diikat pada tiang-tiang.

Janganlah kita termasuk orang-orang yang digolongkan oelh Allah menyesal karena tidak mau membayar zakat, infaq, dan shadaqah karena menyesal tidak pernah datangnya didepan tetapi penyesalan selalu dating belakangan. Sebagaimana firman Allah QS Al-Munafiqun : 10 Artinya “Belanjakanlah sebagian rezekimu yang telah kami karuniakan kepadamu sebelum kamu mati, dan ia berkata Ya Allah mengapa tidak engaku tunda kematianku supaya aku dapat bersedekah dan term,asuk orang yang sholeh.”

Ayat diatas memberikan pelajaran kepada kita bahwa berzakat, bersedekah, berinfaq, beramal untuk menolong orang lain tidak boleh ditunda-tunda. Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari sedikit, dan kapan lagi kalau bukan sekarang.

Zakat bukan hanya merupakan salah satu rukun Islam, tetapi juga merupakan ibadah yang memiliki dimensi sosial secara langsung. Zakat ditunaikan bukan semata-mata belas kasihan, atau menunggu si fakir miskin dating meminta-minta. Namun zakat harus ditunaikan atau dilaksanakan atas panggilan Allah SWT.

Dengan melembagakan zakat, infaq, dan shadaqah ini dengan pengelolaan dan modern, umat Islam akam mampu mengentaskan kemiskina selama ini melanda saudara-saudara kita. Asalkan mereka yang tergolong kaya / mampu tidak bakhil dan mau mengeluarkan zakat secara konsisten. Niscaya akan menjadi alternatif terbaik untuk mengentaskan kemiskinan dan akan banyak mengurangi jumlah klaum dhuafa. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Website Badan Amil Zakat Kutai Kartanegara

BAZ Kukar Menerima & Menyalurkan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Anda...



  © Free Blogger Templates Blogger Theme II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP